Time and tide waits for no man. To capture time, treasure every moment in your life and let the time that slowly slips away memorable and worthy to be kept as sweet memories.
Sinetron berjudul: Koq Gitu Sich setiap hari Isnin/Senin - Minggu/Ahad pukul 18.00 WIB di SCTV Satu Untuk Semua - Episode 12 hingga 14
Tayang : Setiap Hari, pukul 18.00 - 19.00 WIB mulai 16 November 2008 di SCTV Satu Untuk Semua Sutradara : Asep Kusdinar
Pemain/Pelakon yang membintangi Koq Gitu Sich
Bunga Nurlaila martha Sari Zainal Fazri sebagai LaiLa Dimas Aditya sebagai Jay Hendrik Ceper sebagai Boim Firda Kussler sebagai Istri Rasyid Akri Patrio sebagai Pak Sukri Zainal Abidin Domba sebagai Pak Rasyid
Video klip Lagu Tema Koq Gitu Sich (Terima kasih dan kredit diberikan kepada Ferryrudolf Channel)
Sinopsis/Plot Cerita:
Hanya gara-gara masalah sepele, hubungan persahabatan antara Rasyid dan Sukri berubah bak tikus ketemu kucing. Padahal, dulu mereka adalah dua sahabat kental, yang selalu mengerjakan semua hal secara bersama-sama. Perselisihan di antara mereka membuat keduanya berikrar menjadi musuh bebuyutan. Ternyata ikrar yang mereka ucapkan bukanlah sembarang ikrar. Hingga keduanya bangkotan, ikrar itu tetap dipegang teguh.
Apesnya, Rasyid dan Sukri tinggal dalam satu wilayah yang sama dan bersebelahan. Tidak hanya para suami, istri Rasyid yang bernama Hamidah dan istri Sukri, Hindun, pun setali tiga uang. Keduanya kerap bertengkar untuk hal-hal sepele, saling bersaing dalam hal penampilan, dan berbagai atribut yang dipakai. Jangankan untuk penampilan, saat menyapu halaman pun mereka selalu bertengkar mempersoalkan pembuangan sampah. Hindun sengaja menyapu sampah ke tengah halaman rumah Hamidah, sebaliknya Hamidah pun melakukan hal yang sama. Akibatnya, keruwetan demi keruwetan sering terjadi di antara dua keluarga tersebut. Tidak hanya di rumah, dalam berbisnis mereka juga bersitegang karena sama-sama berprofesi sebagai juragan kambing.
Namun permusuhan dua keluarga itu ternyata tidak berpengaruh pada anak-anak mereka. Nurlaila, putri Rasyid, justru berteman akrab dengan Boim, putra Sukri. Apalagi mereka juga satu kelas di SMU yang sama. Padahal tidak terhitung, baik Sukri maupun Rasyid sudah sering memisahkan keduanya. Tapi ujung-ujungnya, Nurlaila dan Boim malah semakin akrab.
Nurlaila digambarkan sebagai gadis tomboy yang hobi mengejar layangan dan memanjat pohon. Sementara Boim bertubuh kecil dan berkulit hitam. Meskipun mempunyai kekurangan, Nurlaila tetap menganggap Boim sebagai sahabat seperti Somad dan Junaidi, dua warga kampung yang notabene anak-anak putus sekolah.
Boim, Junaidi, dan Somad bak pengawal untuk Nurlaila. Siapa pun yang ingin mendekati Nurlaila, pasti harus melewati seleksi ketat ketiganya. Beberapa kali Rasyid pernah mencoba ingin menjodohkan Nurlaila dengan sejumlah pemuda kampung sebelah. Sayang usahanya itu selalu gagal, karena Nurlaila belum mau terikat.
Rasyid dan Hamidah ngebet mencarikan jodoh untuk Nurlaila, dengan harapan agar bisa mengubah tabiat Nurlaila yang pecicilan menjadi lebih kalem. Mereka takut Nurlaila akan menjadi perawan tua, lantaran hingga detik ini belum pernah ada lelaki yang mendekati Nurlaila selain Boim CS. Tentu saja Boim CS tidak masuk dalam daftar Rasyid dan Hamidah, karena latar belakang ketiganya. Terlebih Boim adalah anak Sukri, musuh bebuyutan mereka.
Siapa sangka, keributan Rasyid dan Sukri semakin hari semakin menjadi. Tidak hanya dalam berbisnis kambing, keduanya juga bersaing dalam merebut perhatian Fatimah, janda cantik keturunan arab yang berprofesi sebagai penjahit. Namun persaingan itu tentu saja dilakukan diam-diam, karena mereka termasuk golongan suami-suami takut istri. Bahkan Rasyid pun takut pada sang mertua. Maklum, Siti yang merupakan ibu Hamidah itu galak, cerewet sekaligus matre.
Persaingan Sukri dan Rasyid sering dimanfaatkan oleh Nurlaila dan Boim untuk memeras keduanya agar mendapatkan uang tambahan. Dengan syarat, Boim dan Nurlaila harus tutup mulut apabila ayah mereka datang ke rumah Fatimah. Sebenarnya, Boim menaruh hati pada Nurlaila. Namun perasaan itu hanya bisa dipendamnya, karena takut persahabatan di antara mereka akan renggang. Terlebih Boim tahu betul tipe cowok yang diidamkan oleh Nuraila bukanlah seperti dirinya.
Seiring perjalanan waktu, rasa cinta yang semakin besar dalam diri Boim membuat pemuda mungil itu nekat ingin mengutarakan isi hatinya kepada Nurlaila.
Bersamaan dengan itu Jay, kakak tiri Boim yang kuliah di Swiss, memutuskan pulang ke Indonesia dan ingin meneruskan kuliah di Tanah Air lantaran tidak betah di Negeri Kangguru itu. Sosok Jay sangat berbeda dengan Boim. Jay digambarkan sebagai lelaki sempurna. Penampilan modis, wajah di atas rata-rata. Maklum, Jay adalah anak dari pernikahan Hindun dengan suami pertamanya yang seorang bule. Sementara Boim merupakan anak Hindun dengan Sukri, suami keduanya. Meskipun demikian, Sukri tidak pernah membedakan kasih sayang pada Boim dan Jay. Demikian pula antara Boim dan Jay saling menyayangi.
Hingga suatu hari, Nurlaila bertemu dengan Jay. Sejak pandangan pertama itulah Nurlaila jatuh hati pada kakak tiri Boim. Dalam hati, Nurlaila mengatakan kalau Jay-lah sosok pria yang selama ini dicari. Boim pun bisa menebak dengan tepat perasaan yang tengah dialami Nurlaila. Gadis yang awalnya sradak sruduk itu, kontan mengubah sikap menjadi lebih kalem apabila berpapasan dengan Jay.
Sebaliknya, Jay justru tidak terlalu mempedulikan Nurlaila, karena sahabat adiknya itu bukanlah gadis yang diinginkan. Jay baru saja memutuskan hubungannya dengan Artika, teman kuliahnya di Swiss, lantaran ketahuan selingkuh dengan sahabat Jay. Artika yang masih menyimpan cinta pada Jay, nekat ikut pindah ke Jakarta demi merebut kembali cinta Jay.
Bagaimana kisah serunya? Mampukah Nurlaila bersaing dengan Artika untuk merebut hati Jay? Lantas, bagaimana dengan Boim? Sejauh mana pula perseteruan yang terjadi di antara keluarga Sukri dan Rasyid?
0 comments :
Post a Comment