Saturday, July 10, 2010

Sinetron Jiung dan Si Pandir Dari Betawi mulai 24 Juni 2010, Khamis pukul 18.00 WIB di TPI - Episode 1 - 6



Produksi : PT. Kharisma Starvision Plus
Sutradara : Republik Tebe, Eddie Riwanto

Pemain :

JIUNG (Irfan Hakim), AMANG (HAFIZ “API”), HALIMAH (Stefanie Nepa), MUNAROH (Nela Rosier), MAEMUNAH (Alila Rosa), BUSTAMI (Nirin Kumpul), LURAH SIRIN (Iping), RODIEH (Yenny Farida), SARBOAH (Sarah Astri), ROJALI (Fajril)

Jiung dan Si Pandir Dari Betawi (Eps.1)
Tayang : Kamis, 24 Juni 2010, pukul 18.00 WIB

"Gara-Gara Maling"

Cerita bermula dari hilangnya sandal Amang usai shalat magrib. Jiung bilang, “makanya punya harta musti dijaga!”. Waktu shalat Isya, Amang sengaja merantai sandalnya di tiang masjid. Sandal Amang memang selamat, tapi sandal seluruh jamaah hilang.

Warga pun jadi geger. Kebetulan ada seorang pemulung lewat bawa karung. Ramai-ramai pemulung itu dirazia, tapi isi karungnya hanya bantal bekas dan sandal jelek yang semua jamaah tak sudi mengakuinya.

Soal sandal hilang akhirnya menjadi bahan rapat. Dalam rapat terjadi saling lempar tanggung jawab antara RT Bustami dan Lurah Sirin. Lalu Lurah Sirin menyalahkan Jiung jadi ustadz tidak bisa mendidik umat. Bustami membela Jiung, harusnya Lurah Sirin yang tanggung jawab. Jadi pemimpin harusnya tanggap terhadap kesulitan rakyat. Rapat alot dan panas. Waktu Munaroh, Maemunah, Halimah dan Sabrina datang membawa makanan, rapat jadi adem karena mulutnya sibuk mengunyah kue-kue. Setelah kenyang, semua ngantuk, rapat bubar tanpa kesimpulan!

JIUNG penasaran dan ingin tahu siapa pencuri sandal itu. Dia berniat tidak ikut shalat jamaah untuk mengintip pencurinya, tapi warga yang lain juga ingin ngintip semua. JIUNG kesal. Akhirnya semua berjamaah dan pasrah saja kalau sandalnya diambil. Tapi mereka shalat tidak tenang dan selesai shalat, sandal mereka memang hilang semua. JIUNG pulang dengan nyeker, AMANG tetap pakai sandal. Tanpa sengaja kaki JIUNG nginjak paku. HALIMAH dan MAEMUNAH buru-buru ke rumah JIUNG ingin menolong. HALIMAH boleh masuk tapi MAE dilarang sama NYAK MUNAROH. Dan sebenarnya mereka tidak tahu kalau JIUNG lagi berobat ke dokter.

Pulang dari dokter, JIUNG melewati sebuah rumah gubuk dan mendengar anak bayi menangis. JIUNG mengintip dan melihat ada tiga anak dalam rumah itu dan semuanya sakit perut menahan lapar. JIUNG masuk dan melihat anak yang paling besar sedang merebus sesuatu. Saat dibuka ternyata sedang merebus batu. JIUNG tak kuasa menahan air mata. JIUNG berlari-lari pulang dan minta nasi sama enyaknya, tapi nasi sudah habis. JIUNG bercerita pada MAE. MAE, JIUNG dan ROJALI membawa roti dan pergi ke rumah gubuk itu. MAE segera menggendong si bayi dan menyuapinya dengan roti. Saat itulah masuk seorang anak dan ternyata dialah pencuri sandal jamaah. Anak itu ketakutan, JIUNG menenangkannya.

Malam itu rapat digelar. AMANG bilangnya pencuri sandalnya sudah ketemu. LURAH SIRIN dan warga yang lain marah dan pergi ke masjid sambil membawa alat-alat untuk memukuli si pencuri. Tapi begitu sampai di masjid, mereka semua kaget melihat pencurinya yang masih bocak-bocah ingusan. Semua warga kumpul dan menyalahkan Lurah Sirin. JIUNG bilang jangan saling menyalahkan karena anak-anak tanggung jawab bersama. Akhirnya keempat bocah yatim piatu itu diantarkan ke Dinas Sosial.

Jiung dan Si Pandir Dari Betawi (Eps.3)

Tayang : Kamis, 1 Juli 2010, pukul 18.00 WIB
"Amang Ingin Jadi Ustadz"
Belakangan ini masjid di kampung Jiung selalu sepi. Yang menjadi jamaahnya cuma Amang dan Jiung. Kalaupun ada jamaah lainnya, para musafir yang kebetulan mampir solat.

Amang menjadi resah bukan main menghadapi hal ini. Sedangkan Jiung tenang-tenang aja (Jiung kan emang nggak pernah pusing kalo menghadapi masalah). Menurut Jiung, “kita kagak bisa maksa seseorang untuk beribadah. Kagak sholat di masjid, mungkin mereka sholat di rumah” Tapi Amang nggak terima dan bilang dengan suara bindeng dan agak-agak nggak jelas, “Gak mungkin, Ung! Orang-orang kampung kita emang males sholat!” Lalu, Jiung pun menjelaskan pada Amang agar tidak berburuk sangka.

Meskipun menurut, tanpa sepengetahuan Jiung, Amang berusaha meyakinkan orang-orang kampung untuk datang sholat ke masjid. Amang mendapat dukungan dari engkongnya, Bustami, yang pernah berharap Amang jadi ustadz di kampung. Hal yang membuat dirinya bersemangat mengajak warga solat di masjid. Bustami sendiri nggak mau solat di masjid, dengan alasan nggak sempat.

Tak satu pun warga yang mau solat berjamaah di masjid. Kebanyakan warga enggan dengan alasan yang dibuat-buat. Kecuali Maemunah, yang sholat ke masjid lantaran cari-cari perhatian sama Jiung. Kedatangan Maemunah ke masjid disalah artikan Amang. Amang menganggap Maemunah suka dan menuruti kata-katanya.

Soal sholat jamaah di masjid, Maemunah pun menceritakannya pada Nyak Munaroh. Hal ini membuat Nyak Munaroh semakin bersimpatik pada Maemunah. Nyak Munaroh pun membangga-banggakan Maemunah pada Jiung, soal Maemunah yang rajin solat di masjid. Dalam hal ini, Nyak Munaroh merasa dirinya benar soal memilih calon menantu. Tetapi Jiung mengatakan pada Nyak Munaroh, mengutip hadits nabi, bahwa perempuan nggak diwajibkan solat di masjid. “Kalo perempuan wajib solat di masjid, mungkin Si Halimah udah lebih dulu ke masjid daripada Maemunah!” ujar Jiung, yang menyebabkan Nyak Munaroh berang dan nyaris pingsan lantaran Jiung justru nyebut-nyebut Halimah

Sementara itu, Bustami, engkongnya Amang, ingin menjual tanahnya. Amang tentu senang sekali mendengar engkongnya mau jual tanah lagi. Tetapi ternyata Amang tak bisa berbuat banyak, karena Bustami tidak akan membagi uang hasil menjual tanah kepada siapapun, termasuk kepada cucu satu-satunya itu. Amang pun kesal.

Saat Amang tengah kesal, seseorang bersuara bindeng mencari rumah Bustami buat menawar tanah. Amang yang diajak bicara diam saja, karena Amang sendiri ngomongnya Bindeng. Dan ketika Amang menjawab dengan suaranya yang bindeng, Amang disangka mengejek si penanya! Amang pun kena apes karena digampar oleh si penanya.

Ternyata si penanya adalah calon pembeli tanah Bustami. Bustami pun mendapatkan banyak uang. Amang ingin dibelikan sepeda motor saja Bustami tak mau menuruti. Tetapi saat mendengar Amang bakalan jadi ustadz, Bustami mau menuruti kemauan Amang. Bukan membelikan sepeda motor, melainkan sepeda ontel!!

Di waktu berikutnya, setiap kali sholat di masjid yang sepi jamaah, Amang selalu ingin menjadi iqomat. Padahal disitu ada Rojali, anak lelakinya Maemunah, yang akhirnya dipaksa emaknya sholat jamaah di masjid. Amang melarang Rojali iqomat karena menurutnya Rojali belum akil baligh! Selain itu, Amang memang sengaja sering-sering iqamat agar dirinya terlihat merasa penting dan bisa dibilang orang pintar. Selain Amang sebenarnya ingin menjadi ustadz, seperti yang diharapkan ngkongnya, BUSTAMI, juga ingin pamer sama HALIMAH. Sebelum keinginannya jadi ustadz tercapai, Amang kira menjadi iqamat sebuah permulaan yang bagus.

Di lain waktu, ternyata Amang ngotot ingin sekali adzan. Tetapi Ji’ng nggak mengizinkannya. Tetapi di saat Jiung terlambat datang ke masjid, Amang sudah lebih dulu berada di masjid. Karena benar-benar tak ada orang sama sekali, akhirnya Amang adzan dengan pengeras suara, sehingga suaranya terdengar ke seisi kampung. Sewaktu Jiung memarahi Amang, dia beralasan kalau dia melakukan hal itu karena waktu adzan sudah masuk, sementara tidak ada orang di dalam masjid selain dirinya. Beberapa orang kampung yang mendengarnya merasa tidak nyaman.

Di antaranya ialah LURAH SIRIN, yang merasa malu dan kesal. LURAH SIRIN mengajak warga mendatangi Ji’ung. Mereka protes. Dan Jiung pun menjawab, “Orang seperti Amang saja, yang memiliki kekurangan, rajin untuk sholat jamaah di masjid. Bahkan mau-maunya adzan. Sedangkan kalian..? Menginjak masjid saja alergi...?” LURAH SIRIN dan orang-orang kampung tadi akhirnya cuma bisa menunduk mendengar kata-kata Jiung.

Pada suatu kesempatan, Amang merasa iri saat diajak syukuran di rumah seorang warga. Masalahmua. Karena Jiung yang mempimpin doa mendapat dua besek. Sedangkan Amang cuma satu besek saja. Hal ini membuat keinginan Amang menjadi ustadz sangat kuat. Saat Jiung tidak hadir di rumah orang yang syukuran, Amang pun mengenakan pakaian seperti ustadz, yakni baju gamis dan berpeci putih. Tapi saat disuruh baca doa, Amang tidak bisa!!

Ketika Jiung dipanggil untuk berceramah, Amang diminta mengantar. Sepanjang perjalanan, Jiung mengatakan pada Amang, bahwa rizki dari Allah itu tak akan tertukar. Dan Allah menghendaki siapa-siapa yang mendapat rizki. Setelah selesai ceramah, Amang mendapatkan sebuah amplop dari panitia. Amang pikir itu buat Jiung, karena Jiung yang ceramah. Tetapi kata panitia, itu amplop buat yang mengantarnya. Setibanya di rumah, Amang kaget karena amplopnya berisi yang satu juta. Amang pun mentraktir Halimah di warung. Lurah Sirin pun heran melihat Amang banyak uangnya. Sementara itu, Jiung sendiri saat membuka amplopnya hanya berisi lima puluh ribu!!

Ketika Nyak Munaroh cerita sola Amang yang mentraktir banyak orang, Jiung sudah mulai curiga. Ini pasti salah amplop. Tetapi saat Amang ditanyai oleh Jiung, Amang bilang bahwa yang namanya rizki itu gak akan ketuker!! Jiung pun bertemu dengan panitia yang mengadakan acara ceramah agama. Panitia minta maaf karena dia salah memberikan amplop. Akhirnya Jiung langsung memaksa Amang menukarkan amplopnya. Amang bersedia. Tetapi amplop Amang sudah tidak ada uangnya. Sedangkan amplop Jiung masih ada lima puluh ribu. Amang ternyata beruntung!! Jiung yang kena apes pun dinasihati oleh Nyak Munaroh. Bahwa semua ini lantara Jiung sempat melawan keinginan Nyak Munaroh agar Jiung cepat menikah. Di waktu yang lain, saat Jiung dipanggil berceramah di tempat lain, saat Amang ingin ikut, Jiung langsung bilang, “Kagak deh!! Gue sendiri aje.

Jiung dan Si Pandir Dari Betawi (Eps.4)
Tayang : Jumat, 2 Juli 2010, pukul 18.00 WIB

"Amang Naik Haji"

Amang merasa berdosa bila dirinya yang mampu tidak berangkat haji. Menurutnya, ia harus berangkat ke tanah suci Makkah.

Selain supaya dirinya nanti bisa lebih terhormat karena dipanggil haji oleh masyarakat, Amang juga emang udah lama kepingin melihat bangunan Ka’bah. “Masak disembah tiap hari, tapi kita nggak pernah liat langsung?” kata Amang pada Jiung dengan suara khasnya yang bindeng. Dan Jiung pun menceramahi Amang, “naik haji itu panggilan. Kalau mampu dan sehat, harusnya memang berangkat.” Dan Amang mengaku, kalau dirinya sudah dipanggil Pak Marto, orang yang mengaku suka mengurusi calon jamaah haji, untuk segera berangkat ke Makkah.

Keinginan Amang naik haji semakin menggebu-gebu. Amang mendapat dukungan dari Bustami, engkongnya yang sebenernya pelit itu, yang memang masih tetap berharap Amang jadi ustadz. Pada akhirnya, Bustami berhasil menjual sebidang tanah warisannya untuk biaya Amang ke tanah suci. Bustami berharap Amang benar-benar menjadi ustadz setelah jadi haji. Orang-orang kampung yang mengetahui niat baik Amang menjadi bangga pada Amang. Mereka pun memperlakukan Amang layaknya calon jamaah haji yang hendak pergi ke Makkah. Bahkan salah satu di antara warga sudah memanggilnya Haji Amang, meski ia belum pergi ke Makkah. Di antaranya Rojali anaknya Halimah. Habisnya, tiap kali memanggil Amang dengan sebutan Haji Amang, Rojali dikasih uang. Rojali jadi seneng minta ampun dan tak bosan-bosannya menyebut Amang sebagai Haji Amang!.

Lurah Sirin pun jadi kebakaran jenggot. Masak si Amang yang masih muda udah mau berangkat haji. Sedangkan dirinya yang sudah agak-agak tua, belum pernah berangkat haji. Apalagi saat Bustami menyindir cucunya yang bakalan naik haji, Lurah Sirin makin tersengat! Lurah Sirin berencana menjual tanah juga, tetapi dilarang sama Rodiah, istri pertamanya. Rodiah malah marah, “Makanya baaaaang, jangan kawin melulu!! Tanah abis buat kawin. Naik hajinya ntar aje, kalo hobi kawin abang udah ilang!” ujar istri Lurah Sirin.

Seperti calon jamaah haji lainnya, menurut rencana Amang pun akan diantar oleh para tetangga, termasuk Jiung dan Nyak Munaroh. Nyak Munaroh sempat membantu masak-masak di rumah Amang sebelum keberangkatannya ke tanah suci. Hal yang membuat Bustami jadi senang sekali. Di antara mereka juga terdapat Sabrina (Sarboah), yang ingin sekali menghibur Amang dengan lagu-lagu dangdut yang baru dihapalnya. Tapi Jiung menasehati pada Sabrina, kalo orang berangkat haji itu mestinya diiringi dengan pengajian, bukannya nyanyi dangdut. Halimah juga akan datang mengantar Amang. Hal itu membuat Amang semakin gede rasa.

Tetapi sehari sebelum kerberangkatan ke tanah suci, Amang baru mengetahui kalau dia telah ditipu oleh Bang Marto, yang ternyata calo jamaah haji gadungan. Amang tidak memiliki paspor. Karena sudah terlanjur malu, Amang pun merahasiakan kesialannya. Sore harinya, orang-orang mengaji di kediaman Amang, mendoakan semoga Amang diberikan keselamatan. Bahkan Amang sempat memotong dua ekor kambing untuk jamuan. Orang-orang kampung datang untuk mengucapkan selamat jalan. Mereka tidak pernah tahu kalau Amang lagi bingung soal dirinya yang ditipu calo haji!

Saat curhat pada Jiung, Jiung menganjurkan agar Amang jujur saja. Tetapi Amang malu. Jiung hanya bisa prihatin dan menghela nafas berat. Dan demi menyelamatkan gengsinya, Amang tak hilang akal. Pagi-pagi sekali sebelum subuh, sebelum berangkat ke asrama haji Amang mendatangi Jiung. Amang berpesan pada Jiung, kalau dirinya tak perlu diantar. Jiung bingung, karena tetangga pasti sudah siap mengantar. Amang tidak mau tahu. Amang tetap pergi. Dan paginya, tetangga yang hendak mengantar Amang merasa kecewa. Tetapi kekecewaan mereka dapat diatasi Jiung. Bustami sendiri, meskipun kecewa, mau menerimanya. Sebab di rumahnya ada Nyak Munaroh, Emaknya Jiung yang sebenarnya alergi tiap kali liat Bustami itu.

Amang yang sudah telanjur pergi dari rumah untuk tujuan naik haji, yang sebenarnya hanya pura-pura, menetap di rumah salah satu kerabatnya. Namun suatu hari, tanpa disangka-sangka Lurah Sirin memergoki Amang. Amang nggak berkutik. Amang memohon-mohon agar Lurah Sirin merahasiakannya. Keluarga dan para tetangga yang mengetahui Amang sudah berada di Makkah mengadakan pengajian. Lurah Sirin yang sudah tahu akan kebohongan Amang tetap mengikuti acara itu.

Dan ketika waktu orang-orang dari jamaah haji pulang, Amang pun pulang ke rumah, seolah-olah dirinya baru pulang dari Makkah. Sebelum pulang, Amang mampir dulu di Tanah Abang. Amang pun belanja hadiah berupa kopiah, air zamzam (yang sebenernya cuma air sumur biasa), tasbih, baju koko, sajadah, dan hadiah lainnya yang diakuinya dibeli di Makkah. Tak lupa hadiah spesial buat Sabrina, berupa mukena.

Tetapi pada akhirnya Amang kecele. Karena beberapa hari kemudian, Pak Marto, calo haji gadungan itu datang ke rumahnya bersama Lurah Sirin dan beberapa orang polisi. Pak Marto yang sudah mengakui kesalahannya pada seluruh warga kampung, juga bingung pada Amang. Bagaimana mungkin Amang bisa ke Makkah? Para tetangga yang sudah telanjur menerima hadiah tetap aja senang. Namanya juga hadiah, dari Makkah atau dari Tanah Abang toh sama-sama gratis...?!! Bustami yang mendengar cucunya gagal naik haji jatuh pingsan. Jiung pun menasihati Bustami, sehingga Bustami jadi lebih tenang dan ikhlas. Tetapi setelah Jiung pergi, Bustami pingsan lagi!! Bustami bukan cuma meratapi gagalnya sang cucu naik haji, melainkan tanahnya yang kemarin terpaksa dijual dibawah harga pasaran!

Jiung dan Si Pandir Dari Betawi (Eps.5)
Tayang : Kamis, 8 Juli 2010, pukul 18.00 WIB

"AMANG DIVONIS MATI"

Sepulang mengantar JIUNG ceramah di rumah warga dekat LURAH SIRIN, AMANG memberanikan diri mampir ke rumah LURAH SIRIN guna menemui SABRINA.

Ketika itu AMANG membawa banyak makanan dan membuat SABRINA menerima kehadiran AMANG. JIUNG yang menemani AMANG kala itu, bertemu dengan HALIMAH yang merasa kegeeran karena mengira JIUNG datang untuk menemuinya. LURAH SIRIN yang mengetahui kehadiran JIUNG dan AMANG, marah besar. LURAH SIRIN mengusir AMANG dan JIUNG mentah-mentah. LURAH SIRIN juga bilang pada AMANG bahwa dia tidak akan pernah sudi punya menantu yang bindeng seperti AMANG.

Sesampainya di rumah, rupanya AMANG kepikiran dengan perkataan LURAH SIRIN. AMANG pun mendadak sakit dan BUSTAMI yang mengetahui hal itu langsung mendatangi LURAH SIRIN. LURAH SIRIN tidak terima atas tuduhan BUSTAMI yang mengatakan kalau AMANG sakit dikarenakan LURAH SIRIN yang tidak menyetujui AMANG berhubungan dengan SABRINA. BUSTAMI juga meminta tolong pada SABRINA agar mau menjenguk AMANG, namun SABRINA menolak.

Sakit AMANG tak kunjung sembuh, JIUNG dan maemunah sering menjenguk AMANG, namun NYAK MUNAROH selalu mempermasalahkan kedekatan JIUNG dan MAEMUNAH. JIUNG dan MAEMUNAH sudah berusaha membujuk AMANG agar berobat ke dokter, namun AMANG tidak mau dan bilang kalau sakitnya itu sudah kehendak Allah jadi menurut AMANG kalau dia sakit terus mencari obatnya, berarti dia menolak kehendak Allah. JIUNG pun mencoba meluruskan pemikiran AMANG yang salah itu, namun AMANG kali ini tidak mau mendengarkan perkataan JIUNG. BUSTAMI pun sampai dibela-belain menjual tanahnya dan menawarkan kepada AMANG untuk berobat dengan dokter yang paling mahal agar cepat sembuh. Namun lagi-lagi AMANG menolak.

JIUNG merasa kesepian ketika berada di mesjid karena tidak ada AMANG yang menemaninya. Ketika JIUNG ada panggilan ceramah, ROJALI menjadi asistennya untuk sementara. Seusai selesai pengajian, JIUNG dan para jamaah pengajian berniat menjenguk AMANG. Ketika dijenguk dan dibujuk oleh beberapa warga jemaah pengajian agar AMANG mau berobat ke dokter, AMANG tetap saja menolak. AMANG hanya ingin bertemu dengan SABRINA. JIUNG pikir mungkin hanya SABRINA yang bisa membujuk AMANG untuk berobat. BUSTAMI menyuruh JIUNG untuk pergi ke rumah LURAH SIRIN, karena tidak mungkin kalau BUSTAMI yang pergi, pasti akan cekcok dengan LURAH SIRIN lagi.

JIUNG pun bertemu dengan LURAH SIRIN dan menjelaskan maksud kedatangannya, di saat yang bersamaan, HALIMAH menguping pembicaraan JIUNG dengan LURAH SIRIN. HALIMAH pun buru-buru mendatangi SABRINA di kamar. HALIMAH berjanji akan memberikan SABRINA pakaian-pakain yang bagus jika SABRINA mau mengikuti rencana HALIMAH. HALIMAH pun bilang kalau JIUNG datang ke rumah untuk meminta SABRINA agar mau menjenguk AMANG yang sakit, namun SABRINA harus jual mahal dulu kepada JIUNG dan bilang kepadanya kalau SABRINA mau menjenguk AMANG asalkan JIUNG mau mengajak HALIMAH jalan-jalan keliling kampung. Meskipun terpaksa, demi AMANG, JIUNG rela melakukannya.

SABRINA pun menjenguk AMANG dan menyuruhnya ke dokter. AMANG pun mau asalkan SABRINA yang mengantar. Bersamaan dengan itu, HALIMAH menagih janji JIUNG yang mau mengajaknya jalan-jalan. Dengan terpaksa JIUNG pun menuruti HALIMAH. Dengan sengaja HALIMAH meminta JIUNG makan bareng dengannya di warung MAEMUNAH. Tentu saja hal itu membuat MAEMUNAH menjadi cemburu, ditambah lagi NYAK MUNAROH yang selalu mendukung kedekatan JIUNG dengan HALIMAH, membuat MAEMUNAH makin cemburu.

AMANG pun berobat ke dokter ditemani SABRINA, namun betapa kagetnya ketika dokter memvonis AMANG tidak akan hidup lama lagi dengan penyakit yang dideritanya. AMANG sedih bukan main, SABRINA yang tadinya hanya pura-pura baik pada AMANG, akhirnya menjadi kasihan beneran pada AMANG. JIUNG pun ingin membahagiakan AMANG dengan memberikan honor-honor ceramahnya untuk AMANG. AMANG senang, namun lagi-lagi dia teringat kalau hidupnya tidak akan lama lagi. AMANG pun meminta kepada JIUNG bahwa sebelum AMANG mati, AMANG pengen ngerasain jadi ustadz dan muazin serta imam mesjid. Awalnya JIUNG ragu memenuhi permintaan AMANG, namun JIUNG pun mengabulkan permintaan AMANG. Namun AMANG masih sedih juga karena tetap saja jamaah yang sholat berjamaah di mesjid tidak ada sama sekali, sama seperti kemarin-kemarin.

Karena ingin menyenangkan AMANG sebelum meninggal, JIUNG pun diam-diam bilang kepada seluruh jamaahnya untuk bisa sholat di mesjid sekedar untuk menyenagkan orang yang sebentar lagi akan menghadap Ilahi. Warga pun mau dan AMANG sangat senang ketika dia yang menjadi muazin, imam, serta mengisi pengajian banyak warga yang datang. LURAH SIRIN dan SABRINA pun menjadi baik pada AMANG.

BUSTAMI yang biasanya rajin membuat papan untuk informasi menjual tanahnya, kini membuat papan untuk batu nisan AMANG yang sudah lengkap, tinggal tanggal wafatnya saja. Hal itu diketahui oleh JIUNG dan lansung menegor BUSTAMI bahwa semua kehendak itu ada di tangan Allah, jadi jangan terlalu dipersiapkan karena umur manusia Allah yang menentukan. BUSTAMI pun menjelaskan kalau yang meminta semua ini adalah AMANG sendiri. Lagi-lagi JIUNG tidak tega jika menolak keinginan AMANG yang hidupnya tidak akan lama lagi. Saat itu, AMANG juga meminta JIUNG untuk menemaninya ke pasar membeli kain kafan untuk dirinya. JIUNG pun pasrah dan mau menuruti permintaan AMANG.

Setelah membeli kain kafan, AMANG dan JIUNG pergi ke mesjid untuk menunaikan sholat ashar berjamaah. Kali ini yang menabuh beduk, menjadi muazin, imam sholat adalah AMANG. Ketika selesai sholat, AMANG pun memberikan ceramah pada warga dan bilang semenjak AMANG divonis tidak akan hidup lama lagi oleh dokter, banyak hikmahnya juga karena semua cita-cita yang diinginkannya selama ini terkabul. Para jamaah juga banyak yang datang ke mesjid untuk sholat berjamaah bersama. NYAK MUNAROH, MAEMUNAH, LURAH SIRIN, MPOK RODIAH, BUSTAMI, HALIMAH, SABRINA dan para warga lain yang tidak pernah ikut pengajian pun kini mau mendengarkan ceramah AMANG di mesjid.

Ketika para warga sedang khusyuk-khusyuknya mendengar ceramah AMANG, datang salah satu warga yang melaporkan bahwa ada salah satu warga miskin yang meninggal dunia. Semua jamaah pun segera mendatangi rumah SI MISKIN tersebut. Ketika itu, AMANG terkejut dengan kehadiran seorang dokter yang memeriksa AMANG, juga ikut melawat SI MISKIN. Dan setelah ditelisiki, ternyata sang dokter tersebut, tempo hari salah memberikan vonis kepada AMANG. Harusnya yang mempunyai penyakit mematikan adalah SI MISKIN tersebut.

Warga yang mendengarnya terkejut dan menyesalkan telah berbuat baik pada AMANG. JIUNG pun menyarankan kepada AMANG untuk menyumbangkan kain kafan yang baru saja dia beli untuk SI MISKIN saja. AMANG senang karena ternyata dirinya sehat namun AMANG sedih juga nanti tidak ada lagi yang mau mendengarnya ceramah lagi. Para warga pun lebih memilih untuk mengurus mayat SI MISKIN. Sang dokter pun meminta maaf. SABRINA menjadi kesal kembali pada AMANG. AMANG pun syok berat.

Jiung dan Si Pandir Dari Betawi (Eps.6)
Tayang : Jumat, 9 Juli 2010, pukul 18.00 WIB

"JIUNG KAYA MENDADAK"


Subhanallah, Jiung menang lomba bikin naskah khutbah sebesar 50 juta!! Lomba yang diikuti berbagai Ustadz dan penuh gengsi, tentunya membuat nama Jiung yang keluar sebagai pemenang menjadi terkenal.

Nyak Munaroh, Halimah, Maemunah, dan warga semakin kagum pada Jiung. Sementara, Amang antara kagum dan iri.

Bustami berkeinginan untuk menjual tanahnya pada Jiung. Tapi, ini tidak berlaku pada Lurah Sirin. Karena bagaimana pun Jiung kaya, Lurah Sirin tetap tidak mengizinkan Maemunah dekat dengan Jiung. Sampai disambar geledek pun tidak akan mau!! Sementara itu, Nyak Munaroh harus berhadapan dengan pembeli yang minta hutang karena sekarang Nyak Munaroh bakal ikut kaya seperti Jiung. Tapi, dasarnya Nyak Munaroh galak, semua pembeli dilarang menghutang. Semua kesal dan pergi ke warung Halimah, kata mereka di sana mereka bisa hutang meski Rojali tidak menang lomba.

Gara-gara Jiung yang mendadak kaya, maka warga banyak yang shalat di masjid untuk mencari perhatian. Mereka pun mendengarkan ceramah Jiung tentang infaq yang harus dikeluarkan seorang muslim atas harta yang dimilikinya. Keluarkanlah 2,5% untuk masjid atau orang-orang yang sudah ditentukan oleh Islam. Semua orang tampak berpikir.

Sepulang ceramah, Jiung mengatakan pada Amang kalau dirinya mau melamar Halimah dengan uang yang akan dia dapat. Amang setuju karena dengan itu, Jiung akan fokus pada penikahannya sehingga dia bisa menggantikan posisinya sebagai Ustadz. Berita menikah ini pun didengar Bustami, Sabrina, dan semua warga. Amang yang sudah berpakaian gamis malah tidak dilirik sama sekali oleh warga. Sementara, Maemunah yang tadinya sedang belanja ke Mall dengan Jiung atas suruhan Nyak Munaroh akhirnya tau juga dan membuatnya sedih bukan main. Nyak Munaroh terpukul karena Jiung tidak minta izin dulu padanya.

Jiung minta maaf pada Nyak Munaroh dan mencium lutut Nyak Munaroh agar memberikan restu pada Halimah karena dia ingin melamarnya dengan uang hasil lombanya. Nyak Munaroh jelas saja menolak, tapi Jiung tahu bagaimana memenangkan kondisi. Jiung memberitahu tentang hadits 4 kriteria pasangan yang harus dipilih; wajahnya, keluarganya, hartanya, dan agamanya. Namun, haruslah agama yang dipilih. Dan, Jiung bilang kalau Halimah masuk dalam kategori memahami agama dengan baik. Sementara di tempat lain, Amang mengambil alih mengisi ceramah, tapi hasilnya gagal. Halimah yang membesarkan hati Amang malah dituduh Maemunah main hati dengan Amang. Tapi, Jiung tidak percaya.

Keesokan harinya, Jiung kedatangan banyak orang yang bertujuan minta bantuan uang padanya. Jiung hanya membalas bahwa dia akan membantu asalkan itu benar. Karena kalau tidak, maka seluruh tubuh akan bersaksi di hari akhir. Dan, Allah akan memberikan ganjaran sangat pedih bagi hamba-Nya yang bicara tidak sesuai dengan fakta. Bukan hanya menelan ludah, tapi semua warga itu tiba-tiba mendadak pergi. Sementara itu, di rumah Lurah Sirin ternyata Maemunah ingin bunuh diri. Untungnya, Amang segera memberitahu Jiung. Dan, Jiung pun minta agar Maemunah membatalkan niatnya karena bunuh diri sangat dibenci Allah. Jiung pun menjelaskan kalau pernikahan itu bisa terjadi karena kecocokan. Meski menerima keputusan Jiung, Maemunah tetap menangis.

Ketika pengambilan hadiah. Jiung dikagetkan dengan berita buruk. Uang pemenang lomba dibawa kabur salah satu anggota penyelenggara dan sudah menjadi urusan pihak berwajib. Jiung mencelos. Nyak Munaroh memeluk dan menyabarkan Jiung sambil matanya menatap Halimah dan lidahnya terjulur senang.

sumber: (Terima kasih dan kredit diberikan kepada
http://www.tpi.tv/
dan semua pihak atas sumber maklumat dan gambar)

0 comments :

Online Visitors

Thank you for dropping by