Friday, November 14, 2008

CAHAYA HATI: DUKUN PEMBAWA SIAL PADA 14 NOVEMBER 2008, JUMAAT PUKUL 18.00 WIB


Cahaya Hati - Dukun Pembawa Sial
Produksi : MNC Pictures

Dibintangi oleh:

Ihsan Idol
Didi Junaidi
Mia
Siti Fatonah
Boogie S
Indah
Ade Jelek

Sinopsis/Plot cerita:

Di sebuah lingkungan perumahan yang asri. Terlihat penghuni rumah sedang sibuk siap-siap pergi. Setelah selesai, mereka segera bergegas ke mobil dan pergi. Sepanjang jalan Bibi Nuniek membicarakan keponakan kesayanganya, Sigit yang akan pulang dari Jepang. Sudah 5 tahun mereka berpisah. Seperti apa kira-kira Sigit sekarang. Apakah ia sudah punya pacar orang jepang?

Bibinya bertanya, apakah Sigit pernah cerita, kalau ia ingin punya istri orang jepang. Bapaknya mengatakan Sigit tak pernah membicarakan hal itu. Kalau pun mengabari, ia hanya menanyakan kesehatan ibu dan adik-adiknya. Mobil masuk ke bandara soekarno-hatta. Setelah memarkir mobil, mereka segera bergegas menyebrang, menuju terminal kedatangan internasional. Bibinya Nunik, Bapaknya Cokro, dan pamannya Bowo, memperhatikan satu persatu orang yang keluar dari dalam. Tak lama kemudian, mereka melihat Sigit. Bibinya melambai-lambaikan selendangnya untuk menarik perhatian. Sigit melihat, dan segera berjalan menghampiri mereka. Sigit memeluk mereka satu persatu. Karena bawaan Sigit sangat banyak, hingga mereka agak kesulitan waktu memasukkan barang ke bagasi.

Sepanjang perjalanan pulang, bibinya menanyakan berbagai hal soal Sigit di jepang, termasuk soal gadis jepang. Ia mengatakan, sebenarnya ia tidak diizinkan pulang. Sebab sekarang bukan libur resmi, tapi karena ibunya sakit, makanya ia diperbolehkan pulang, itupun hanya seminggu. Setiba di rumah, Sigit segera membongkar bawaannya, dan menyerahkan sebagian oleh-oleh pada bibinya. Lalu ia pamit, karena berniat ke kantor cabang di Jakarta, untuk memberitahu kedatangannya. Pamannya menawarkan diri untuk mengantar, tapi Sigit menolak dengan alasan, urusannya agak lama. Entah sengaja atau tidak, ia meletakkan tas kecil yang sejak dari bandara selalu dipegangnya.

Setelah menyelesaikan urusannya, ia segera pergi lagi untuk membeli tiket bus ke klaten. Setiba di rumah bibinya, ia memberi tahu bapaknya kalau sudah mendapatkan tiket, dan memberitahu keberangkatan bus. Sigit seperti teringat sesuatu, ia berjalan ke depan, mencari tas kecilnya. sewaktu dibuka ternyata isinya sudah tidak ada. Sigit kaget, ia tanya ke bapaknya, apakah mengambil isi tasnya? dijawabnya tidak. Si bapak ikut kaget waktu diberitahu isinya uang sebesar 50 juta, untuk biaya pengobatan ibu. Setelah menimbang-nimbang, Sigit tanya soal uangnya pada bibinya, dijawabnya juga tidak tahu. Otomatis seisi rumah ikut membantu mencari, tapi tak juga ditemukan.

Pamannya minta SIGIT mengingat-ingat, kalau-kalau uang itu terselip di dalam tas. Setelah dicari, hasilnya sama saja. Bibinya mengatakan apa tidak ketinggalan di kamarnya di jepang sana? Sigit lalu menelpon teman kamarnya, menceritakan soal uangnya tersebut, yang dijawab tidak ada. Ia benar-benar lemas. Malamnya, suasana rumah jadi kikuk. Keceriaan dan kegembiraan tadi pagi seperti hilang tanpa bekas. Sigit hanya bisa merenung diam. Di dalam bus yang membawanya ke klaten ia bengong saja. Setiba di rumahnya, ia segera menemui ibunya.

Ibunya menangis haru, melihat anaknya yang sudah 5 tahun berpisah. Adiknya dengan gembira menyerbu oleh-oleh yang dibawa Sigit. Dalam kebingungannya, bapaknya menyarankan, agar ia tanya pada orang pintar, dimana uang itu terselip. Besok paginya, ia mendatangi dukun yang ada disebelah desa. Lewat media air dalam baskom, dukun itu mengatakan salah satu penghuni rumah bibinya yang mengambil uang tersebut...

Siapakah sebenarnya yang telah mengambil uang Sigit dari tas kecilnya itu?

(Terima kasih dan kredit diberikan kepada http://www.tpi.tv untuk sumber maklumat dan gambar Cahaya Hati: Dukun Pembawa Sial)

0 comments :

Online Visitors

Thank you for dropping by