Jiung dan Si Mamat "Eps.1"
Pemain : Para pemain pada sinetron "Jiung Si Pandir dari Betawi" dan "Si Mamat Anak Pasar Jangkrik"
Tayang : Minggu, 11 Juli 2010, pukul 18.00 WIB
"DEMAM PIALA DUNIA"
Semua Bapak dan Pemuda heboh dengan kedatangan piala dunia, termasuk Mamat dan Samsu cs. Tapi, mereka malah terjebak dengan kebahagiaan yang akhirnya membuat mereka lupa diri.
Jiung melihat kekacauan di musim piala dunia. Karena, bapak-bapak dan para pemuda yang biasanya shalat di masjid, tidak lagi mendatangi masjid. Sehabis nontong bareng di Balai Warga pun, semua suami dan anak jadi mengantuk. Mereka tidak kerja, kuliah, dan sekolah. Hal inilah yang membuat pertengkaran antara istri dan suami serta ibu dan anak.
Jiung pun mengambil sebuah tindakan. Dia ingin berkeliling kampung untuk melihat dampak apalagi yang melanda warga akibat piala dunia. Ternyata, Jiung pun melihat mereka terlibat perkelahian akibat team bola yang menang meledek team yang kalah. Bahkan, itu disebabkan karena uang yang team menang dapatkan banyak. Jiung kaget bukan main, sebabnya adalah karena adanya piala dunia membuat warga melakukan taruhan. Alias melakukan judi. Jiung pun mengambil tindakan tegas dan memberikan pencerahan agar adanya piala dunia tidak membuat warga jadi melupakan apa yang mereka lakukan selama ini.
Tak dinyana, ternyata semua tidak berlangsung lama. Bustami, Lurah Sirin, dan semua Bapak dan Pemuda kembali melakukan taruhan. Amang yang melihat hal tersebut melaporkan pada Jiung. Lalu, keduanya membuat rencana.
Jiung dan Si Mamat (Eps.2)
Tayang : Minggu, 18 Juli 2010, pukul 18.00 WIB
sumber: (Terima kasih dan kredit diberikan kepada
http://www.tpi.tv/
and all sources for the information and pictures)
Jiung pun mengambil sebuah tindakan. Dia ingin berkeliling kampung untuk melihat dampak apalagi yang melanda warga akibat piala dunia. Ternyata, Jiung pun melihat mereka terlibat perkelahian akibat team bola yang menang meledek team yang kalah. Bahkan, itu disebabkan karena uang yang team menang dapatkan banyak. Jiung kaget bukan main, sebabnya adalah karena adanya piala dunia membuat warga melakukan taruhan. Alias melakukan judi. Jiung pun mengambil tindakan tegas dan memberikan pencerahan agar adanya piala dunia tidak membuat warga jadi melupakan apa yang mereka lakukan selama ini.
Tak dinyana, ternyata semua tidak berlangsung lama. Bustami, Lurah Sirin, dan semua Bapak dan Pemuda kembali melakukan taruhan. Amang yang melihat hal tersebut melaporkan pada Jiung. Lalu, keduanya membuat rencana.
Jiung dan Si Mamat (Eps.2)
Tayang : Minggu, 18 Juli 2010, pukul 18.00 WIB
"Emas Bikin Panas"
Tanah milik Bustami laku terjual pada Pak Kusni dengan harga seratus juta rupiah. Sanip dan Amsir menjadi makelarnya.
Bustami senang bukan kepalang, tapi sewaktu Jiung menyarankan untuk bersedekah, Bustami tetap pelit dan hanya memberi sedikit sedekah. Sewaktu Lurah Sirin minta uang untuk kelurahan, Bustami malah mengejek Lurah Sirin sehingga keduanya menjadi ribut.
Ternyata di atas tanah Bustami yang telah terjual, ditemukan sekantung emas yang terpendam. Mamat dan Ela yang menemukannya secara tidak sengaja ketika mereka sedang mencari daun sambiloto untuk obat sakit perut Jiung. Penemuan emas itu jelas membuat heboh warga Kampung Babakan. Semua langsung berkumpul di masjid.
Sanip dan Amsir mengklaim emas itu milik si pembeli tanah karena jelas dia membeli tanah dan seisinya termasuk pohon-pohon dan sampahnya. Tetapi Bustami dan Amang tidak terima. Bustami mengklaim dia hanya menjual tanahnya, sedangkan jika ada isinya apalagi emas, jelas itu miliknya. Jiung tidak sepakat dengan keduanya. Karena emas itu pasti ada pemiliknya tersendiri karena Bustami tidak pernah meletakkan emas disana. Lurah Sirin tidak tahu mana yang benar. Warga pun terbelah menjadi dua kubu. Ada yang mendukung Sanip-Amsir, ada yang mendukung Bustami. Ada juga yang berpendapat emas itu milik Mamat-Ela karena mereka berdua yang menemukan.
Bustami akhirnya memperngaruhi orang-orang untuk mendukungnya. Jiung menjadi orang yang paling getol dirayu oleh Bustami agar Jiung mau bersaksi bahwa emas itu miliknya. Sementara Sanip dan Amsir juga tak mau kalah. Keduanya juga mempengaruhi Jiung dan orang-orang agar mendukungnya. Akibat perkara emas itu, shalat jamaah para warga menjadi terpisah, pengajiannya pun juga terpisah.
Karena emas masih di tangan Mamat, Mamat pun tak luput dari rayuan para pihak yang sedang berseteru tersebut untuk memberikan emas itu kepada mereka. Tetapi Mamat tidak mau. Takut terjadi apa-apa pada emas itu, Mamat pun akhirnya menyerahkan emas tersebut pada Jiung. Nyak Munaroh yang mengetahui keberadaan emas itu pun merayu-rayu Jiung untuk memberikan sedikit padanya. Jiung tentu saja menolak. Setelah emaknya, gantian Maemunah yang kepingin melihat warna emas itu. Jiung menjadi pusing bukan kepalang.
Akhirnya, Jiung, Bustami, Lurah Sirin, Sanip, Amsir dan Mamat menemui hakim agama. Hakim agama menyatakan emas itu sebaiknya dibagi dua. Namun, Bustami dan Sanip sama-sama tidak terima. Bustami akhirnya membuat keputusan frontal. Tanah batal dijual. Jiung dan Hakim setuju karena kebetulan Bustami dan Sanip belum terpisah. Hakim memutuskan emas untuk dikembalikan pada Bustami dan uang dikembalikan kepada Sanip.
Bustami pulang dengan senang hati karena merasa menang. Ternyata setelah diselidiki, emas Bustami tersebut hanya kuningan.
Ternyata di atas tanah Bustami yang telah terjual, ditemukan sekantung emas yang terpendam. Mamat dan Ela yang menemukannya secara tidak sengaja ketika mereka sedang mencari daun sambiloto untuk obat sakit perut Jiung. Penemuan emas itu jelas membuat heboh warga Kampung Babakan. Semua langsung berkumpul di masjid.
Sanip dan Amsir mengklaim emas itu milik si pembeli tanah karena jelas dia membeli tanah dan seisinya termasuk pohon-pohon dan sampahnya. Tetapi Bustami dan Amang tidak terima. Bustami mengklaim dia hanya menjual tanahnya, sedangkan jika ada isinya apalagi emas, jelas itu miliknya. Jiung tidak sepakat dengan keduanya. Karena emas itu pasti ada pemiliknya tersendiri karena Bustami tidak pernah meletakkan emas disana. Lurah Sirin tidak tahu mana yang benar. Warga pun terbelah menjadi dua kubu. Ada yang mendukung Sanip-Amsir, ada yang mendukung Bustami. Ada juga yang berpendapat emas itu milik Mamat-Ela karena mereka berdua yang menemukan.
Bustami akhirnya memperngaruhi orang-orang untuk mendukungnya. Jiung menjadi orang yang paling getol dirayu oleh Bustami agar Jiung mau bersaksi bahwa emas itu miliknya. Sementara Sanip dan Amsir juga tak mau kalah. Keduanya juga mempengaruhi Jiung dan orang-orang agar mendukungnya. Akibat perkara emas itu, shalat jamaah para warga menjadi terpisah, pengajiannya pun juga terpisah.
Karena emas masih di tangan Mamat, Mamat pun tak luput dari rayuan para pihak yang sedang berseteru tersebut untuk memberikan emas itu kepada mereka. Tetapi Mamat tidak mau. Takut terjadi apa-apa pada emas itu, Mamat pun akhirnya menyerahkan emas tersebut pada Jiung. Nyak Munaroh yang mengetahui keberadaan emas itu pun merayu-rayu Jiung untuk memberikan sedikit padanya. Jiung tentu saja menolak. Setelah emaknya, gantian Maemunah yang kepingin melihat warna emas itu. Jiung menjadi pusing bukan kepalang.
Akhirnya, Jiung, Bustami, Lurah Sirin, Sanip, Amsir dan Mamat menemui hakim agama. Hakim agama menyatakan emas itu sebaiknya dibagi dua. Namun, Bustami dan Sanip sama-sama tidak terima. Bustami akhirnya membuat keputusan frontal. Tanah batal dijual. Jiung dan Hakim setuju karena kebetulan Bustami dan Sanip belum terpisah. Hakim memutuskan emas untuk dikembalikan pada Bustami dan uang dikembalikan kepada Sanip.
Bustami pulang dengan senang hati karena merasa menang. Ternyata setelah diselidiki, emas Bustami tersebut hanya kuningan.
http://www.tpi.tv/
and all sources for the information and pictures)
0 comments :
Post a Comment